uwm

Malam hari di Kota Surabaya yang tak pernah benar-benar terlelap, ketika sebagian besar orang mulai tenggelam dalam mimpi, ada banyak warga yang justru baru memulai aktivitas untuk mencari nafkah. Di bawah langit gelap dan ditemani cahaya rembulan, denyut kehidupan kota ini tetap berlanjut tanpa jeda.

Di kawasan Dukuh Pakis, aroma tahu telor hangat tercium dari gerobak sederhana milik Pak Suhaji, seorang pedagang kaki lima yang telah berjualan sejak 2008. “Sudah lama, sejak 2008,” ujarnya sambil terus mengaduk wajan pesanan pelanggan. Dahulu ia berkeliling komplek, namun kini memilih menetap di sebuah perempatan kecil. Ia biasa berjualan hingga pukul 01.00 dini hari, atau sampai dagangannya habis. Di tempat mangkal yang sama, beberapa pedagang turut berbagi malam yang sama—hening, namun penuh kesetiaan pada pekerjaan.

Sedikit bergeser ke pusat kota, dekat Taman Apsari, Samsulhadi, seorang pengemudi ojek online, masih menunggu pesanan masuk. Baru satu tahun ia menekuni profesi ini, tetapi ragam kisah sudah ia kumpulkan dari penumpang-penumpang malam. “Kalau malam penumpangnya random-random,” tuturnya sambil tertawa kecil. “Banyak botinya sih, dan macam-macam penumpang malam lainnya,” tambahnya, menggambarkan dinamisnya kota ini saat sebagian orang sudah terlelap.

Tak hanya pekerja jalanan yang tetap berjibaku dengan waktu. Ada pula mereka yang menjaga fasilitas kota agar terus berjalan. Seperti Auzan, seorang petugas kebersihan di sebuah kafe 24 jam di kawasan G-Walk. Dua tahun ia bekerja di sana, dan baginya malam justru menjadi waktu tersibuk. “Kalau malam biasanya padat. Kalau hujan kayak gini, ya tahulah customer nongkrong gimana,” ujarnya. Suasana kafe yang penuh tawa dan obrolan menjadi latar aktivitasnya. “Pernah juga diajak main band sama customer,” kenangnya sambil tersenyum.

Dalam suasana berbeda, Yoyok, seorang satpam di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, menjalani shift malam dengan penuh tanggung jawab. Kampus berusia 65 tahun itu menyimpan banyak cerita di balik tembok bata merahnya. “Untuk horrornya, kadang di Gedung D. Pasti ada-lah sedikit-sedikit saat patroli malam,” ungkapnya. Meski malam kadang sepi dan menegangkan, Yoyok tetap merasa bangga dapat menjaga kampus tua yang sarat sejarah tersebut.