Semarang (indonesiaimages.net) – Gedung Marabunta yang berlokasi di Jalan Cendrawasih, Tanjung Mas, Semarang Utara, kini menjelma menjadi salah satu destinasi kuliner dan wisata sejarah populer di Kota Semarang.
Bangunan berarsitektur kolonial yang berdiri sejak tahun 1890 ini telah bertransformasi menjadi Marabunta Resto & Bar, tanpa meninggalkan jejak sejarah panjangnya sebagai salah satu teater paling bergengsi di masa Hindia Belanda.
Dari Teater Belanda ke Resto Mewah
Gedung Marabunta awalnya dikenal dengan nama Schouwburg et Hedele, yang berarti gedung pertunjukan. Pada masa kolonial, bangunan ini menjadi pusat hiburan warga Eropa di kawasan Kota Lama Semarang. Di sinilah dulu diselenggarakan pertunjukan opera, orkestra, komedi, hingga balet yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan Belanda.
Menariknya, jalan di depan gedung ini dahulu dinamakan Komedistraat, karena sering menjadi tempat berlangsungnya pertunjukan Komedi Stamboel, semacam sirkus keliling asal Istanbul yang populer di era itu.
Bangunan utama gedung ini memiliki atap berbentuk kubah klasik, tiga pintu masuk besar dengan jendela tinggi di kanan-kirinya, serta perpaduan arsitektur Eropa dan Jawa yang membuatnya unik. Hingga kini, bentuk asli bangunan tetap dipertahankan sebagai simbol kejayaan masa lalu.
Legenda Putri Mata Hari di Marabunta
Salah satu daya tarik Gedung Marabunta adalah keberadaan lukisan kaca patri bergambar seorang penari cantik yang dikenal sebagai Putri Mata Hari. Sosok ini dipercaya terinspirasi dari Margaretha Geertruida Zelle, seorang penari asal Belanda yang juga terkenal sebagai mata-mata pada masa Perang Dunia I.
Mata Hari pernah menetap di Semarang bersama suaminya, seorang perwira Belanda. Ia kerap tampil menari di gedung Schouwburg, yang kini menjadi Marabunta. Sosoknya menjadi legenda hingga hari ini, melengkapi aura misterius sekaligus elegan dari gedung bersejarah ini.
Keunikan Arsitektur dan Interior
Gedung Marabunta dikenal dengan dua patung semut raksasa di atapnya, yang menjadi ikon bangunan ini. Patung tersebut melambangkan semut Marabunta, spesies semut karnivor dari Afrika, dan disebut masyarakat sebagai semut geni.
Bagian interiornya menampilkan lukisan kaca patri bergambar penari dan orkestra klasik, serta tangga melingkar artistik yang menghubungkan lantai satu dan dua. Di dalamnya juga terdapat mini bar berbentuk kapal layar, hasil rancangan seorang pengusaha asal Sumatra Barat yang menambah kesan unik dan klasik.
Ketika sinar matahari mengenai kaca patri di dalam gedung, pantulan warna-warna indah menciptakan suasana elegan yang jarang ditemukan di tempat lain.
Perjalanan Panjang Hingga Era Modern
Setelah masa kemerdekaan, gedung ini sempat terbengkalai dan kemudian digunakan oleh Yayasan Rumpun Diponegoro Kodam IV Diponegoro pada tahun 1956. Selanjutnya, sempat menjadi kantor PT Marabunta Semarang dan kemudian mengalami kerusakan akibat rob dan banjir.
Memasuki tahun 2000, gedung ini mulai disewakan untuk acara pernikahan, pertunjukan musik, hingga sesi fotografi. Marabunta sempat berfungsi sebagai Café Marabunta, namun akhirnya ditutup dan tidak dibuka untuk umum selama beberapa tahun.
Barulah pada 20 Desember 2020, bangunan bersejarah ini dibuka kembali dengan nama Marabunta Resto & Bar, membawa suasana baru yang lebih modern tanpa mengubah nilai sejarahnya.
Kombinasi Heritage dan Kuliner Elegan
Pengelola Marabunta Resto & Bar mempertahankan bentuk asli gedung tua ini sebagai bagian dari identitas dan nilai sejarahnya. Hanya beberapa bagian interior yang dipoles ulang untuk menambah kesan hangat dan mewah.
Dengan pelayanan profesional, suasana romantis, serta live music bernuansa klasik setiap malam, Marabunta menjadi tempat ideal untuk makan malam, acara khusus, maupun sekadar menikmati atmosfer heritage Kota Semarang.
Menariknya, resto ini membatasi jumlah pengunjung agar suasananya tetap private dan eksklusif. Pengunjung disarankan melakukan reservasi terlebih dahulu, terutama saat akhir pekan atau hari libur, karena antrian di luar gedung sering terjadi.
Simbol Warisan Budaya Kota Lama
Gedung Marabunta bukan sekadar tempat makan dan hiburan, tetapi juga monumen hidup sejarah Kota Lama Semarang. Ia menjadi pengingat akan masa lalu kolonial, seni pertunjukan Eropa, serta kemampuan masyarakat modern dalam melestarikan warisan budaya tanpa menghilangkan nilai ekonominya.
Kini, Gedung Marabunta berdiri megah sebagai simbol harmoni antara sejarah, seni, dan gaya hidup modern, sekaligus bukti bahwa peninggalan masa lalu dapat hidup kembali di era kekinian. (dik)







